Pages

Thursday, March 2, 2017

Temaram Bulan di Langit Kelam

Pernahkah kamu merasa siang begitu panjang, dan malam sangatlah singkat?

Pernahkah kamu begitu merindukan rembulan dan menggerutu saat mentari berseri?

Ada alasan mengapa aku memilih pekerjaan bergaji rendah hingga tak berjumpa dengan sang surya—utamanya, para makhluk yang berkeliaran berisik sepanjang hari. Pada saat langit menghitam pula, aku bisa leluasa bertemu denganmu.

Mulanya, aku tak terima. Tentang pertemuan kita hanya setelah dan sebelum adanya matahari. Padahal, kita sama-sama tahu. Kamu manusia. Kakimu menapak bumi. KTP dan SIM yang kau miliki valid. Rumahmu pun sudah kusambamgi—bukan semak belukar maupun hutan belantara.

Lantas, mengapa harus malam?

Kau kata, malam adalah waktu bersantai. Denganku, kau merasa santai.

Kau bilang, belaian udara malam yang sejuk membawa pikiranmu tenang. Dengan belaianku, kau dapatkan lebih dari sekadar ketenangan.

Yang paling utama, tentu saja.

Istri tua bersinar di bawah mentari, istri muda dengan temaram bulan di langit kelam.

Friday, January 27, 2017

Day 10 KF Writing Challenge: Hal yang Tak Ingin Diulangi

Jika ditanya apa hal yang tidak ingin diulangi, hmm.... ada banyak. Utamanya yang berkaitan dengan perasaan misalnya jatuh cinta pada dia yang telah berkali menyakiti.Urusan hati itu rumit. Berapa kali pun kita berjanji untuk tidak mengulangi, tetap saja hati yang tak terkontrol membuat tanpa sadar kita jatuh ke lubang yang sama, lagi dan lagi.

Karena yang berkaitan dengan hati dan perasaan itu terlalu berat, saya mau mencari hal ringan saja, yang kiranya memang tidak ingin saya ulangi lagi. Sesuatu yang ketika dilakukan akan menghasilkan efek jera. Saya ketik ini sambil makan mie bakso plus chicken katsu dan segelas es teh manis jumbo, namun inspirasi itu tak kunjung datang. Saya masih bingung, hal "ringan" apa yang bisa saya janjikan untuk tidak mengulanginya lagi.

Karena jika berkaitan dengan diri, tak ada hal yang pasti untuk dijanjikan. Bisa jadi, kita mengulangi kesalahan yang sama. Bisa jadi, kita mendekati sesuatu yang tidak disukai. Semuanya ada alasan. Ini bukan suatu pembelaan atau pembenaran atas apa "hal buruk" yang mungkin saja dilakukan atau terulang kembali di depan.

Janji itu berkaitan dengan usaha. Usaha untuk ditepati. Membuat janji itu susah. Membuat janji itu berat. Namun, tetap saja, harus diberanikan. Karena itu yang disebut dengan tanggung jawab. Usaha adalah bentuk tanggup jawab untuk menepati janji.

Kalau memang maksa banget saya harus menjanjikan satu hal yang tak ingin saya ulangi lagi di tulisan ini, hmmm.... 


"Saya akan berusaha untuk tidak mendendam lagi pada semua yang telah berlalu"
selama gak disenggol bacok duluan


***

Sampai jumpa di Kampus Fiksi Writing Challenge berikutnyaa~~

Thursday, January 26, 2017

Day 9 KF Writing Challenge: Surat untuk Tuhan (dan dia yang berada di sisiNya)

Tuhan,
Saya tuliskan surat ini sebagai curahatan hati, juga sebagai doa, doa umat, dan banyak umat, agar banyak yang turut mendoakan dan turut mengaminkan apa yang saya tuliskan ini.

Tuhan,
Tahun baru 2017 ini, seseorang yang begitu berharga bagi kami, seorang anak, adik, kakak, sahabat--orang terkasih di dunia ini--telah Kau panggil untuk kembali ke sisiMu.

Tuhan,
Titip dirinya agar Kau tempatkan di tempat yang terbaik di sisiMu. Kau pernah menitipkan dirinya pada kami di dunia ini. Kini, dengan segala kebaikan yang telah ia lakukan selama ini serta kemurahanMu, masukkanlah dirinya ke dalam golongan orang-orang spesial menuju surga. Terangkan dan lapangkanlah kuburnya.

*

Tuhan,
Dia yang saat ini bersamaMu adalah seorang yang baik. Jika ada yang tidak baik, itulah saya. Seorang kakak dengan kebanggaan berlebih. Seorang kakak yang bangga karena adiknya akhirnya mengikuti jejak dirinya untuk menjadi perantau saat kuliah. Menjalani hidup sendiri, mengurusi banyak hal sendiri.

Tuhan,
Seringkali saya mengajak dirinya untuk menjadi seorang yang kuat. Berkaca pada pengalaman saya sendiri, kemudian menyarankannya untuk mengambil langkah A B C untuk masa depannya. Langkah-langkah yang pasti akan banyak menyita waktu dan tenaganya. Sering juga saya mengajaknya untuk berani melakukan banyak hal. Melakukan hal-hal yang tak pernah ia lakukan sendiri sebelumnya. Karena saya saja bisa melakukannya sendiri, maka dia juga pasti bisa. Tapi, dia sering merasa malu dan takut. Jika ada saya, dia ingin saya saja yang melakukannya. Meski mengomel, pada akhirnya tetap saya yang melakukan. Tidak apa. Besok-besok, gilirannya untuk mencobanya sendiri dan berani.

Tuhan,
Saya merasa, saya sering mengajaknya untuk menjadi seseorang yang kuat. Saya kira, hal itu adalah benar untuk dilakukan.Kalau kita kuat dan memiliki banyak orang serta hubungan yang dapat menjadikan kita semakin kuat, jalan ke depan akan mulus, Itu yang saya pikirkan. Termasuk dalam hal memperkuat ketahanan fisik sendiri. Mengenai menjadi kuat ini, saya jadi bertanya-tanya lagi. Apa ada yang salah dengan konsepsi kuat itu?

Tuhan,
Apakah saya telah menyarankan hal-hal yang benar pada dirinya? Atau justru hanya menambah beban pikirannya yang mungkin saja telah penuh dengan hal-hal lain--tanpa harus saya tekankan tentang yang lain? 

*

Tuhan,
Saya tahu, sepanjang kami bersama selama hidupnya, banyak sekali hal yang saya lakukan padanya. Yang saya takutkan, hal-hal buruk saja yang terkenang di antara kami.

Tuhan,
Bagaimana ia melihat saya? Bagaimana ia menilai diri saya? Apakah ada kebaikan saya yang terkenang padanya? Di luar segala pertengkaran adik-kakak yang terjadi sepanjang kami bersama, baikkah saya padanya? Apakah saya menjadi sumber kekuatannya atau justru hanya menambah beban?

Tuhan,
Saya penasaran akan hal itu. Sangat penasaran. Namun, saya tidak akan pernah bisa mendapatkan jawabannya sekarang. Hanya Engkau dan dirinya yang damai di sisiMu yang mengetahui jawabannya.

Tuhan,
Jika pun saya tidak terkenang sebagai kebaikan, tolong baikkanlah. Maafkanlah. Ampunilah. Pada Engkau dan dirinya yang telah bersamaMu, baikkanlah.

*

Tuhan,
Saya mohon.

Wednesday, January 25, 2017

Day 8 KF Writing Challenge: Lima Fakta tentang Diri

Haloo~~

Tema tulisan kedelapan ini ya, rasanya ada banyak sekali fakta tentang diri saya yang dianggap opini oleh orang-orang. Tapi anehnya,ketika akan diketikkan seperti ini, saya bingung sendiri. Apa ya? Apa ya?

*

1. Rapuh
Siapa ya yang bilang ini? Nggak ada, ya? Yaudah, skip aja. Orang saya sekuat baja, kok. Beda keyakinan sama orang yang ditaksir aja (macam saya yakin tapi dianya nggak) itu udah hal biasa dari jaman cinta pertama *iya, agak ngenes*makanya skip!*

2. Punya kepercayaan diri yang berlebih
Sepertinya ada beberapa orang yang menganggap saya seperti ini. Padahal, saya mengatur kadar kepercayaan diri sesuai dengan porsinya kok. Lihat sikon. Syarat dan ketentuan berlaku. Kalau yang sesungguh-sungguhnya itu, saya adalah seorang yang pemalu.
Iya, pemalu.
Saya heran sama orang yang suka menampik fakta mengenai diri saya yang satu ini.

3.Ngambekan
Ini hanya sebuah pencitraan yang saya buat, percayalah. Apalagi di bahasa chattingan. Bukankah semuanya sedang sama-sama bercanda? Seperti kita bicara di dunia nyata saja, menanggapi candaan ada dengan teriakan, ngeyelan, ngambekan kecil tapi kemudian tertawa lagi, seperti itulah yang saya lakukan di aplikasi chattingan. Tapi, pencitraan itu malah dianggap sebagai ambekan nyata. Ya, jadi nyatalah ambekan itu.
Jadi, ini hoax, ya(?)

4. Gagal move on
Ini juga. Bercerita bukan berarti gagal move on, fans. Punya tipe yang tetap dari jaman dulu sampai sekarang juga bukan berarti gagal move on, gaes. Yang lalu biarlah berlalu. Ketika mengenang apa yang sudah usai, apa yang telah tiada, bukan berarti diri ini ingin kembali ke sana dan mengulangnya dengan orang yang sama. Hidup terus berjalan ke depan. Gagal, ya terus berjalan. Cari orang baru. Yang kama dan segala kenangannya itu cukup menjadi cerita. Cerita konyol, cerita bahagia, cerita yang memberi pelajaran. Yah, pokoknya cerita. Ya kan, ntan(mantan)? *digeplak*

5. Manja
Saya pernah mendengar ini dari beberapa orang. Dan saya bingung, lho saya ini manja darimana? Tunggu, definisi manja itu sendiri gimana, deh? *ngambang*

Day 7 KF Writing Challenge: Tulisan yang Dapat Menguatkan

Untuk tantangan hari ketujuh ini, saya akan menuliskan nasehat yang paling melekat dalam ingatan.


"Jangan segitunya memikrkan orang yang belum tentu memikirkan kamu segitunya juga."

*

"Belajar memaafkan diri sendiri. Hapus semua pikiran negatif." 

----

Monday, January 23, 2017

Day 6 KF Writing Challenge: Kebanggaan yang Diremehkan

Pertanyaan yang satu ini beratnya kebangetan. Ini semacam menggali kenangan kelam yang tak ingin diingat. 

Siapa juga yang senang ketika apa yang bangga-banggakan justru diremehkan oleh orang lain? 

Ketika dia berusaha sangat keras melakukan apa yang menjadi sumber kepercayaan dirinya namun orang lain menganggap hal itu sebagai sesuatu yang receh dan nggak banget, siapa yang tak sakit hati jika diperlakukan demikian?

*

Kita nggak pernah tahu seberapa kuat hati seseorang dalam menghadapi rasa sakit. Entah itu sakit karena perkataan, atau perbuatan fisik, atau gabungan keduanya. Terkhusus yang berhubungan dengan kata saja ada istilah "mulutmu, harimaumu". Apa yang terlontar dari situ bisa jadi dapat menyakiti, maka harus berhati-hati saat bicara.

Karena apa yang kita anggap demi kebaikan, belum tentu akan dianggap baik oleh orang lain.

*

Jadi, kebanggaan apa yang ada diri saya yang pernah dianggap remeh oleh orang lain?

Jawabannya ....

Biar saya simpan untuk diri saya sendiri.

Sunday, January 22, 2017

Day 5 KF Writing Challenge: Tiga Film yang Berkesan

Yak, tantangan hari kelima ngebahas film.

Rasanya pengen protes ke momon. Gemes! Kalo ditanya film sebenernya agak susah, karena saya lebih banyak ngikutin serial yang episodenya banyak itu—terutama korea—dibandingkan film yang sekali habis—walaupun ada film yang dibuat sekuel beberapa tahun kemudian. *demo*

*

Jadi, film yang berkesan yaa.

1. Harry Potter (all series)
Dia.harus.menduduki.peringkat.pertama.wajib!
Jadi, Harry Potter ini—baik buku maupun filmnya—adalah salah satu yang berperan besar dalam menumbuhkan rasa cinta saya pada baca buku tebal yang isinya tulisan semua, serta mempertajam daya khayal alay saya untuk menulis. HAHAHAHAHA.
Saya pertama kali baca Harry Potter saat kelas 3 SD—Harry Potter and The Chamber of The Secrets dan juga Harry Potter and The Prisoner of Azkaban. Sebelum itu, bacaan saya berputar di majalah Bobo, komik donal bebek, dan beberapa novela bergambar. Ah, buku cerita rakyat juga kesukaan saya. Tapi, Harry Potter itu beda. Duaratusan dan tigaratusan halaman dibaca oleh anak kelas 3 SD tanpa bosan dan malah jadi jatuh cinta, itu kereeeen! *muji diri sendiri* kemudian nonton filmnya, ketika Daniel Radcliffe kecil sangatsangatsangat imut dan mengemaskan dengan kacamata bulatnya. Juga persahabatan manisnya dengan Ron dan Hermione. Mereka bertiga penguat pondasi saya dalam memiliki hobi membaca dan menulis.
Ah, tulisan saya yang mahaalay itu sebenarnya fanfic. Jadi, di cerita yang saya tulis, Harry Potter itu punya kembaran, namanya Serly Potter. Dalam khayalan saya, ketika difilmkan, Serly Potter itu diperankan oleh SAYA! HAHAHAHAHA MAAF YAA SAYA CUMA ANAK SD YANG PENUH IMAJINASI!

2. Heart is.... 2
Film Taiwan, saya lupa film tahun berapa. 2012an kalo nggak salah. Film dengan tema keluarga dan pertemanan selalu menjadi topik yanh sensitif buat saya, apalagi kalau jalan ceritanya menyayat hati dan akting para artisnya mendukung. Airmata bisa nggak berhenti sepanjang film.
Dan itulah yang saya lakukan sepanjang menonton film ini: menangis.
Yang membuat film ini berkesan yaa karena saya menangisnya di siang hari, saat nonton film ini di kosan saya bersama dengan teman-teman kuliah yang kam*pret. Iya, kam*pret! Mereka—saya lupa, dari delapan teman kelas yang dekat, berapa orang yang hari itu nonton bareng di kosan saya, sepertinya 5-6 orang, deh *mikir*—bukannya pukpuk saya yang lagi terharu banget sama filmnya, atau minimal yaa diem aja deh, nonton dengan khusyuk. Lah, yang mereka lakukan malah ngetawain saya, bahkan sampai merekam saya yang masih saja menangis tersedu-sedu. Saya tetep fokus nonton diselingi beberapa omelan untuk mereka—apalagi filmnya lagi klimaks! ITU KAN NYEBELIN, YA! MAKANYA BERKESAN! *emosi*

3. First Love (Crazy Little Thing Called Love)
Tau dong, film Thailand yang dibintangi oleh Kanda Mario Maurer. Siapa yang nggak baper setelah nonton film ini, gelut yok! Film ini pesan moralnya kuat. Cinta yang baik adalah cinta yang sabar. Cinta yang baik adalah cinta mampu memotivasi diri untuk menjadi seseorang yang lebih dan lebih baik lagi. Cinta yang baik nggak memandang fisik sebagai alasan utama untuk jatuh cinta, melainkan sikap dan ketulusan hati. Cinta yang baik itu..... Saya ngomongin apa, sih, sebenernya? *tuh kan baper*

Nah, itu dia tiga film yang berkesan bagi saya. Sepuluh, sih, kalau Harry Potter diitung satu-satu HAHAHAHAHAHA BHAY~~

Saturday, January 21, 2017

Day 4 KF Writing Challenge: Pertemuan Pertama dengan Dia

Sejujurnya, begitu membaca list tantangan #10daysKF writing challenge ini, saya agak galau sama poin nomor empat sebenarnya galau karena semua poin, sih. Si dia siapa, coba? Status saya single. Hati juga single, alias nggak lagi menggebet siapa-siapa. Kalau nulisnya tentang masa lalu lagi, nanti dikomentarin lagi seperti tantangan hari pertama. Padahal itu kriteria mengacu pada Ayahanda, please deh. Kalian itu yang nggak move on, gaes! *nyolot*

*

Akhirnya, setelah berpikir sekian lama kira-kira lima menit setelah memposting tulisan hari ketiga tadi, saya sudah memutuskan akan bercerita tentang siapa. Karena tidak boleh menyebutkan nama, maka yaa saya langsung saja bercerita. Walau rasanya, akan ada sangat banyak orang yang bisa menebak siapa "dia" yang saya ceritakan. Karena akan menjadi terlalu jelas. Tapi nggak papa. Biarkan tulisan ini sebagai salah satu cara untuk mengenangnya.

*

Saya anak pertama. Sampai sebelum 1 Desember 1995, saya terbiasa hidup sebagai anak tunggal. Begitu tahu akan ada "anak kecil" lain di rumah, perasaan saya waktu itu campur aduk. Senang. Menanti-nanti. 

Saya justru nggak terlalu ingat pertemuan pertama kami. Yang saya ingat adalah hari-hari setelahnya. Sepanjang yang dapat ingatan saya simpan, "awalnya" lumayan menyenangkan. Ada teman main. Pernah ada kejadian. Seingat saya, saya ingin main petak umpet. Dia yang duduk di baby walker, saya ajak ke kamar tidur orang tua. Kemudian, pintu kamar saya kunci. Kami masih ketawa-tawa. Saya senang sama permainan ini. Nggak lama, dia mulai merengek nangis. Saya coba buka kunci pintunya. Susah. Akhirnya orang tua saya membuat lubang di ventilasi, menjulurkan plastik yang diikat tali, meminta saya untuk memasukkan kunci kamar ke dalam plastik tersebut. Saya menurut. Pintu pun bisa terbuka. Saya kena marah, dia dapat pelukan.

Mungkin sejak saat itu saya mengenal kata cemburu.

*

Kehidupan kami sangat penuh drama. Kami bukan pasangan yang akur. Susah untuk meletakkan kami dalam satu ruangan yang sama tanpa ada setruman-setruman nyolot. Perkara siapa yang harus meletakkan piring di meja mana saja bisa bikin airmata berlinang. Atau masalah bebersih. Berhubung dia anaknya rapi dan saya kebalikannya. 

Ada banyak hal kecil yang bisa bikin saya sebal. Masalah klasik setiap anak perempuan: baju dan boneka. Boneka saya sering diklaim miliknya. Baju saya sering dipakai seenaknya. Kalau saya yang berlaku demikian, dia ngambek. Lah. Dunia seperti nggak adil saja.

*

Hidup kami nggak sepenuhnya hanya berbicara tentang sebal dan tangis amarah, kok. Kalau sedang akrab, yaa kami seperti pasangan lainnya. Saya pernah ajak dia lomba makan nasi cepet-cepetan, sampai meja makan belepotan. Tapi kami tertawa. Kami senang. Pernah juga saya ajak dia berkomplot agar saya punya alasan untuk mengganti popok adik kami yang masih bayi. Pernah juga dia berantem dengan teman sekolahnya, lantas si temannya itu saya teriaki habis-habisan sampai nangis dan saya merasa keren.

Setelah makin besar dan akhirnya sama-sama menjadi perantau, hubungan kami lumayan baik. Setruman-setruman amarah banyak berkurang, walau ketika sudah bersama orang tua perang lagi. Yaa mungkin itu cara kami untuk cari perhatian. Bisa makan enak bareng, nginep-nginepan, walau kami bukan tipe yang banyak bicara atau curhat mengenai masalah hati. Saya suka meminta pertolongannya untuk membungkus kado. Segala yang berhubungan dengan kerajian tangan dan kesenian, saya serahkan padanya. Bahkan, ketika tahun lalu saya sakit, dia pernah berinisiatif membuat kupu-kupu dari origami dan menempelkannya di dinding kosan saya. Itu manis, dan saya nggak bisa melakukan hal yang seperti itu—bahkan ketika dia sakit.

*

Tahun baru 2017 ini, dia sudah pergi. Duluan menghadap Tuhan. Ketika saya belum bisa mengekspresikan perasaan saya secara gamblang. Dan tak pernah ada lagi kesempatan untuk menyatakan bahwa dibalik semua drama yang kami jalani selama ini, saya sayang dia. Seperti kakak ke adik pada umumnya.

Iya, saya terlambat. Tak perlu ada alasan lain yang diungkapkan.

Day 3 KF Writing Challenge: Lima Hal yang Ingin Dicapai Tahun Ini

Halooo~~
Sudah hari ketiga (terlewati) ahahahahahahaha telat. Maafkan ya, fans. Kemarin agak kurang enak badan.

*

Saya lupa, entah sudah berapa tahun nggak rajin bikin resolusi. Semacam ada hal yang tertahan, sengaja ditahan sampai tahap "ingin lari saja".

Kan, jadi suram. Hahahahaha. Tapi yaa karena isi tulisannya memang agak serius, mengenai apa yang ingin dicapai tahun ini selain hal-hal yang udah pasti harus jadi nggak perlu disebutkan:

1. Kerja enak
Pengertian enak di sini adalah: lingkungan oke, kerjaan oke, gaji oke. Nggak muluk-muluk, kok. Kalau beberapa tahun lalu sempat idealis menolak untuk memiliki pekerjaan di ibukota negara tercinta, tahun ini akan saya paksakan diri untuk ke sana. Karna butuh gaji yang oke, nggak munafiklah yaa~~
2. Karya terbit
Keinginan ini salah satu yang sempat dimatikan, bahlan beberapa proyek diabaikan. maaf yaa. Biar semuanya menjadi masa lalu suram. 2017 ini, semua harus dihidupkan lagi. Gairah untuk menulis itu. Target berapa karya biar disimpan dalam hati saja.
3. Bertemu jodoh
Sudah cukup jelas, ya. Tahun ini seperempat abad. Sekian.
4. Menjadi pribadi yang lebih kuat untuk menghadapi apa pun
Ini PR besar. Untuk tidak lagi melarikan diri dari banyak hal. Untuk lebih optimis terhadap diri sendiri. Untuk lebih optimis terhadap penilaian orang terhadap diri.
5. Lebih dekat dengan Sang Pencipta
Sudah cukup jelas, ya, seperti poin nomor tiga. Poin nomor lima ini justru yang terpenting dibanding segala poin yang terlebih dahulu dituliskan.

Thursday, January 19, 2017

Day 2 KF Writing Challenge: Tiga Hal yang Bikin Histeris

Sebelum menjawab pertanyaan hari kedua, boleh klarifikasi tulisan hari pertama gak, sih? Eh? Nggak boleh? Yaudah. Biarin aja ambigu. *naon ath ceu*

*

Oke, tantangan hari kedua. Histeris.

Saya bingung harus menjawab tantangan ini dengan gaya yang seperti apa. Serius? Bercanda? Karena, yang namanya histeris itu ekspresi rasa. Histeris bahagia, histeris ketakutan, histeris marah, histeris sedih.

*

Dan akhirnya, saya putuskan untuk tidak bercerita tentang kesedihan yang bikin histeris. Sedih itu biar saya yang rasa sendiri. Kalo marah, bolehlah dibagi-bagi~~

HAHAHAHAHAHA

Jadi, saya berpikir keras tentang hal-hal yang bisa bikin saya histeris:

1. "Bertamu" ke wahana rumah hantu, nonton film hantu, dan lain-lain yang berhubungam dengan cerita makhluk ngambang itu
Rumah hantu itu, walaupun udah tau kalo itu semua hanya manusia dimakeupin serem, boneka didandanin serem, serta musik yang sengaja serem, takutnya tetap bikin histeris. Teriak-teriak brutal, bahkan pernah hampir nendang salah satu mas-mas kunti. Lah dia nyebelin, pake acara jalan mendekat. Saya kan ogah.
Kalau film horor yang hantu-hantuan gitu, saya pasti teriak. Apalagi kalau nontonnya di bioskop. Semacam ada kepuasan tersendiri ketika sudah berteriak dengan tidak tahu malunya, toh penonton lain juga lebih histeris hohohoho. Pokoknya saya bisa kalem kalau nonton film tentang pembunuham, tembak-tembakan, darah-darahan, selama nggak ada makhluk ngambang di filmnya. Sekian.

2. Wahana ekstrim di taman bermain
Saya penggemar beratnya roller coaster, tornado, halilintar, trus apalagi tuh namanya. Pokoknya wahana ekstrim di tempat-tempat semacam Dufan, Jungleland, Trans Studio. Pelepas stres yang paling ampuh!
Eh, nggak juga sih. Setelah nyampe rumah bakal langsung stres lagi karena harga tiket masuknya. Sekian.

3. LEE JONG HYUN, SANG GITARIS CNBLUE
Iya, kudu dicapslock. Lelaki yang gantengnya luar dalem dari segala sisi. Oppa yang nggak hanya memiliki wajah ganteng, tubuh ganteng, suaranya juga ganteng, gitarannya ganteng, cara bicaranya ganteng, tingkahnya ganteng, tipe postingan instagramnya ganteng, pokoknya ganteeeennnggggg!!!!
Satu-satunya bintang kokoreaan yang bikin histeris gila-gilaan sampe kebawa mimpi, Oppa yang hanya dengan melihat fotonya aja sudah bisa menerbitkan sebentuk senyum lebar di wajah.
Tuh, kan. Saya jadi histeris sendiri sekarang, kyaaaaa!!!

Oke, sekian. Mau ngepoin Aa Jonghyun dulu. Bhay~~

Wednesday, January 18, 2017

Day 1 KF Writing Challenge: Tipe Kekasih Dambaan

Jadi, 2017 ini dimulai dengan begitu banyak tantangan menulis—juga tantangan hidup. Tantangan yang sempat membuat ragu untuk melakukan banyak hal, sekaligus yang membuat harus melakukan segalanya. Agar maju. Agar terus hidup.

Nggak ngerti? Nggak masalah. Hanya curhatan pembuka, sebelum masuk ke tema hari pertama:

Jelaskan tipe kekasih dambaan kamu

Kerjaannya siapa sih ini, baru hari pertama tapi tantangannya langsung berat gini -_-

Tapi ya, nggak masalah. Siapa tau jodoh lagi membaca ini dan akhirnya datang. Atau dia sudah datang tapi lagi sembunyi, setelah baca ini jadi lebih pede. Atau dia tidak sembunyi tapi aku yang belum lihat. Terakhir, ya maaf sih *dijitak*

*

Saya lupa, entah ada berapa orang di dunia ini pernah saya beritahu tentang tipe idaman saya. Bisa jadi, sudah ada terlalu banyak orang yang mengetahuinya. Dan sekarang tulisan ini hanya penegas.

Selain jenis kelamin yang harus lelaki dan agama harus Islam sehingga kami dapat menuju Jannah bersamah *halah*

1. Mas Jawa
"Mas" disini bisa diartikan sebagai orang yang lebih tua terlepas dari fakta bahwa si mantan lebih muda enam bulan dari saya karena ... Saya ingin dimanismanjain selalu HAHAHAHA. Nggak denk. Eh. Iya denk. Saya ingin ada sosok yang teduh mengayomi dan sabar menghadapi segala yang berkaitan dengan saya. Begitulah imej "mas" yang saya dambakan, terlepas dari masalah usia.
Kalau Jawa, itu sebenarnya ... Karena ... Ingin saja. Karena Bapak saya Jawa mas mantan juga Jawa, beberapa kecengan juga Jawa. Apa deh. Wkwkw next~

2. Tinggi putih
Ini sepenuhnya murni untuk perbaikan keturunan, karena saya tidak tinggi dan tidak putih.
Ah, novel-novel remaja yang sering saya baca dari jaman remaja sampai matang begini sepertinya juga turut berperan aktif, sih~

3. Komputerannya jago
Saya selalu terpesona sama orang-orang yang duduk di depan komputer, atau yang jago dan memiliki wawasan luas tentang teknologi. IT. Nggak harus orang yang kuliah di bidang itu ya, tapi yang penting jago dan menguasai. Kerennya ampun-ampunan, seperti Bapak saya. Padahal beliau basisnya adalah akuntansi, tapi bisa jago gitu sama IT.
Dulu waktu tes masuk kuliah, IT adalah salah satu jurusan yang saya pilih. Hanya saja, kami belum berjodoh. Makanya saya bertekad dalam hati, "Nggak masalah nggak kuliah IT, yang penting nanti punya suami jago IT!"
Pencetus lain tekad itu, jangan ditanya, ya. Nanti muncul tulisan yang dicoret lagi. Bahaya~~

1,2,3 itu kalau dirangkai jadi "Mas Jawa Tinggi Putih yang Komputerannya Jago" adalah tipe idaman banget yang sering saya sebutkan ke teman-teman, agar menjadi semacam kode dan semacam doa yang sampai sekarang masih nihil, hiks. Selain itu, yaa sama seperti perempuan lainnya.

Ingin yang dapat mengayomi dan mengimami.

Ingin yang pintar, berwawasan luas.

Seorang pencerita yang bercerita dari hati.

Seorang yang bisa diajak tertawa bersama, marah bersama, nangis bersama.

*

Segitu dulu aja kali, ya. Gimana? Kurang curhat?

Bhay~~