Seberapa
pantaskah kau untuk kutunggu?
Kamu jahat. Kamu selalu jahat. Selalu membuatku
menunggu. Menunggu tanpa tahu kapan kamu akan datang. Kapan kamu harus pergi
lagi. Kapan kamu kembali. Kapan kita jatuh cinta lagi, karenamu. Itu kamu. Kamu
yang jahat.
Cukup
indahkah dirimu untuk slalu kunantikan?
Walau nyatanya aku tahu alasanmu saat
pergi. Juga saat kau mencoba kembali. Dan selalu kuterima dengan sepenuh hati.
Walau kamu selalu menebar perih. Aku tahu itu, namun tetap menerimamu. Mencintaimu,
karena kau begitu berharga.
Mampukah
kau hadir dalam setiap mimpi burukku?
Bahkan setiap kedatanganmu menjadi mimpi
buruk, aku terima. Aku selalu menerimanya. Asal kau ada. Asal kau disini. Meski
pahit, hatiku tetap menunggumu. Menyambutmu. Memelukmu dengan hangatnya.
Mampukah
kita bertahan disaat kita jauh?
Walau kehadiranmu itu indah, bukan
berarti tidak buruk. Namun justru lebih buruk lagi jika kau tak ada di sisiku. Ketidakhadiranmu
lebih menakutkanku. Membuatku merasa kesepian. Walau saat kau ada, bukan
berarti rasa sepi itu hilang sepenuhnya.
Seberapa
hebat kau untuk kubanggakan?
Bahkan ada bagian dari dirimu yang tidak
kusuka. Tidak kuinginkan ada. Justru jika bisa terlupa, ingin lupakan saja.
Lagi-lagi, hati ini menerimanya. Mencoba mengendurkan semua, membuatmu selalu
terlihat hebat dengan segala kekuranganmu.
Cukup
tangguhkah dirimu untuk selalu kuandalkan?
Juga untuk setiap keraguan yang kerap
datang menghampirimu. Butuh aku untuk selalu ada, meyakinkanmu lagi dan lagi.
Walau aku juga harusnya selalu kau yakinkan, tak peduli seberapa kuatnya aku.
Baiklah, kau bisa mengandalkanmu. Karena aku selalu mengandalkanmu.
Mampukah
kau bertahan dengan hidupku yang malang?
Begitupun hidupmu. Kita begitu mirip.
Hingga walau kita bersebrangan, pasti pada akhirnya akan kembali lagi. Kesamaan
rasa itu membuat kita selalu menyatu. Saling menopang masing-masing hati.
Sanggupkah
kita bertahan disaat aku bimbang?
Hingga segala keraguan yang menyingkapi
hati kita sirna. Dengan selalu berpegangan tangan. Dengan mencoba untuk tidak
saling meninggalkan. Dengan selalu mencintai satu dan lainnya. Kebimbangan itu
perlahan sirna. Kita, bisa bertahan.
Celakanya
hanya kaulah yag benar-benar aku tunggu
Dan itu, selalu, hanya dirimu. Bagiku,
tak pernah ada yang lain. Hati ini, singgasananya selalu bertahtakan kamu. Iya,
hanya kamu. Masihkah kau tak mempercayainya?
Hanya
kaulah yang benar-benar memahamiku
Karena kau selalu tahu kapan kau bisa
kembali saat kau pergi. Karena kau selalu bisa membuatku memaafkanmu, memaklumi
semua sikapmu. Kau pasti sangat membaca hatiku dengan sangat baik. Masihkah kau
meragukannya?
Kau
pergi dan hilang kemanapun kau suka
Membuatku terus mencarimu, seperti orang
gila. Bertanya kesana kemari, menunggu berhari-hari. Aku sakit, aku hampa. Dan
kau selalu bertindak sesukanya. Tapi hatiku tak pernah berubah, kau tahu itu?
Celakanya
hanya kaulah yang pantas untuk kubanggakan
Mana mungkin aku meremehkanmu,
pembolak-balik hati yang handal. Mana mungkin aku merendahkanmu, orang yang
kuberikan seluruh hidupku. Iya, aku menjadi segila ini karenamu, kau tahu itu?
Hanya
kaulah yang sanggup untuk aku andalkan
Begitu aku terpuruk karena sikapmu, kau
jugalah yang memegang tanganku untuk keluar dari keterpurukan itu. Begitu aku
tenggela, dalam ketidakpastian, kaulah yang menyelamatkanku. Mana mungkin kau
tidak kuandalkan, masihkah kau tak mengerti?
Di
antara perih aku slalu menantimu
Selalu, dan tak pernah berubah.
Mungkin
kini kau tlah menghilang tanpa jejak, mengubur semua indah kenangan
Lagi, dan kau melakukannya lagi.
Berkali-kali kau meninggalkanku lagi. Apa yang kau lakukakn sebenarnya, menempa
mentalku? Hatiku? Pikiranku? Semuanya bahkan sudah cukup kuat tanpa harus kau
melakukan ini semua...
Tapi
aku slalu menunggumu disini, bila saja kau berubah pikiran
Karena dalam setiap pelarianmu, dalam
setiap kelakuanmu yang membuat hatiku tersayat, tidak pernah ada kata usai di
hatiku. Selamanya, aku akan tetap menganggapmu kembali lagi. Memaafkanmu,
selalu. Mengharap semua sikap manismu kembali lagi. Juga hati tulusmu yang
pernah ada untukku. Karena bagiku, selamanya hanya ada kamu.
(Dari
lagu Sheila on 7 – Seberapa Pantas. Diposting pada 14022014)