Pages

Saturday, June 4, 2016

Yang Mistis, Yang Horor, Yang Susah Tidur

Berbicara tentang yang mistis-mistis dan yang horor-horor selalu sukses untuk bikin tidur gelisah. Berkali-kali kebayang. Berkali-kali deg-degan tanpa sebab. Berkali-kebangun dan jantung berdegup kencang. Sebuah ritme yang selalu dirasakan setelah melakukan percakapan tentang hal itu, dengan siapa pun.

Jadi, jumat malamku dihabiskan bersama seorang teman yang kukenal saat sekolah di smala. Namanya Diba. Sedang menempuh koas—kedokteran hewan IPB. Keren, yaa! Dia menginap di kosanku malam ini.

Kalau tidak salah waktu sempat mengobrol tentang kos-kosan, topik menyeramkan itu menyembul ke percakapan kami.

Tentang kosan temannya.
Tentang tempat koasnya dulu.
Tentang tempat praktek yang paling kerasa "gangguannya".
Segala macam jenis "interaksi" yang pernah terjadi.

Kudengarkan semuanya dengan tekun, dengan mata membulat—excited sekaligus menyimpan takut, tapi ya nagih.

Gimana, ya....

Aku tuh gitu anaknya. Sok berani, padahal sebenernya suka ketakutan sendiri sama kisah horor. Seneng aja nonton horor kalo rame-rame sama temen. Seneng dengerin cerita-cerita yang melibatkan sesuatu yang "melayang" dan "tembus pandang" dan "suram" ketika sedang melakukan percakapan langsung—tatap muka langsung, baik itu cuma berdua atau banyakan. Banyakan malah lebih seru. Dan semuanya itu, ujung-ujungnya, selalu suka bikin parno sendiri.

Kisahnya terngiang-ngiang.
Kebayang-bayang padahal sudah diusir dari ingatan.
Setiap ke kamar mandi bawaannya ingin cepat-cepat keluar.
Setiap tidur selalu deg-degan parah, bahkan bikin terbangun setiap jam.
Yang biasanya tidur matiin lampu, bisa sampe nggak matiin beberapa hari.

Tapi, yang paling kuhindari dan selalu kutangkis adalah membicarakan yang seram-seram itu lewat ketikan—entah baca buku, atau baca chat, atau bahkan chatting membahas hal tersebut. Ah, pembiacaraan serupa juga kuhindari saat teleponan, dink. Big no no! Karena imajinasi saat membaca sendiri biasanya bertumbuh lebih besar lagi dibanding saat mulut berucap secara live depan mata. Lebih nyata. Efek menyeramkannya lebih tahan lama. Tidaaaakkkk!!!

Itulah mengapa, sebisa mungkin, topik-topik menyeramkan tersebut kuhindari. Biasanya kusebut itu dengan terapi untuk menjaga pikiran tetap positif. Walau kadang suka penasaran sendiri yang bikin bablas, yang ujungnya bikin kapok sendiri, ya... gitu, deh.

Ini aja ditulisnya subuh. Karena semalam pembicaraan berakhir sebelum jam 12 malam, dan aku langsung berusaha tidur!

No comments: