Pages

Friday, April 15, 2016

Ada orang yang bisa dengan gamblangnya mengutarakan perasaan di media mana saja—utamanya di media sosial—dengan berani. Aku yang sekarang cukup sulit—bahkan sebenarnya "nggak bisa"—untuk melakukan hal tersebut. Yang contohnya berkaitan dengan melahirkan kode garis keras. Entah untuk menyindir, atau untuk memaki. Kode-kode negatif yang garis keras. Susah. Sulit.

Namun, aku yang dulu termasuk cukup sering melakukannya.

Dulu, ketika menggunakan sosmed benar-benar candu, terlebih saat LDR dengan mas mantan—yang juga sedang gandrung dengan sosmed. Tak jarang, kode-kode diluncurkan di status hanya untuk menarik perhatiannya. Mencurahkan kesal di dinding dunia maya. Menggunakan pengandaian yang tingkat kemiripannya dengan kejadian sesungguhnya sangat tinggi. Dan begitulah. Dan masih banyaklah.

Kemudian, entah kenapa dan bagaimana, sempat nggak terlalu aktif di dunia maya. Mungkin faktor kesibukan. Yang jelas bukan sibuk menggebet pria mana atau siapa, bukan. Hingga akhirnya aktif kembali, setelah melalui begitu banyak kejadian yang mengguncang batin.

Melempar kode keras yang ditujukan entah buat siapa, perlahan tidak sekeras itu terlihatnya. Semakin lama, semakin halus penyampaiannya. Semakin licin skenarionya, juga ngelesnya. Tidak menyerang seseorang tertentu secara terang-terangan—walau no name dan no mention.

Ada yang berubah? Tentu saja. Yang bersumber dari ketakutan. Karena ada begitu banyak ketakutan yang bergumul di hati. Entah bagaimana cara mengenyahkannya. Bukan musnah malah bertambah. Ada plus minusnya? Tentu saja. Susah memgekspresikan hati. Memendam dirasa jauh lebih baik daripada mengungkapkan. Bermain dengan kode? Sudah tidak ada keberanian untuk merancang kode yang tepat sasaran. Semua kode disusun terlalu lembut hingga tak terbaca.

Seperti sekarang yang rasanya ingin ngedumel tentang seseorang, tapi nggak bisa. Karena si ketakutan-ketakutan tadi.

Hingga tulisan ini, pada akhirnya, hanya berisikan ini saja.

No comments: