Pages

Tuesday, October 2, 2012

"Radio Galau FM" : Seperti Hidup Saya yang Difilmkan dengan Sempurna






"Entah mana yang lebih sakit: kehilangan kamu atau digantungin terus sama kamu." (Velin)

“Sebelum ada kamu, hidup aku gelap. Tapi semenjak ada kamu, hidup aku berwarna. Dan aku nggak mau hidup aku gelap lagi.” (Velin)

“Apa aku segitu nggak pentingnya buat kamu? Apa aku cuma figuran yang numpang lewat gitu aja?” (Velin)


"Aku udah berusaha untuk perbaiki hubungan kita. Tapi percuma aku mati-matian kalo kamu inginnya terlepas." (Velin)



(By the way, postingan ini ga bermaksud untuk galau atau sejenisnya. Biasa aja, sih... Hanya ingin share pengalaman yang kebetulan "difilmkan". Selebihnya, tidak ada pengaruh kepada hati selain mengalami penerimaan yang sangat.... lapang. Karena sudah terlalu lama terlepas, dan sudah lama mengucapkan selamat tinggal serta terima kasih untuk semuanya. Gak galau lagi, dong yaaa...)

_____________________________

Oke, menonton film ini seperti menonton kisah hidup sendiri. Saya emang gak pernah tau dari sisi mantan seperti apa, dan akhirnya saya tau lewat film ini. Kurang lebih mungkin sikap mantan seperti itu, perasaannya seperti itu, rasa sayangnya pun di akhir-akhir juga seperti itu.

Melihat Velin (Natasha Rizki) seperti melihat diri saya sendiri. Bukan kecantikannya, toh saya jauh dari cantik. SIfatnya Velin itu kurang lebih sama seperti saya. Saya pernah menjadi pribadi yang ketika sudah memilikinya, saya ingin dia seutuhnya siap 24 jam untuk saya. Saya suka ngambek kalo mantan lebih perhatian dengan permainan di komputernya, lebih senang bermalam-mingguan dengan teman-temannya, dibandingkan untuk menghabiskan waktu dengan saya. Kondisi kami memang LDR, dan seharusnya justru karna LDR makanya kami harus sering menjaga komunikasi serta memanfaatkan setiap detik waktu yang ada untuk menikmati "kebersamaan".

Kasian saya, kasian juga Velin, ternyata mantan saya, dan juga Bara (Dimas Anggara) tidak menyukai sikap cewek yang seperti itu. Justru mereka merasa jengah dengan segala perhatian yang berlebihan, sikap manja yang keterlaluan, dan ujung-ujungnya... mereka memilih untuk perlahan menjauh. Tidak menanggapi apapun yang diutarakan pacarnya, tidak menggubris telpon sms lalala, benar-benar cuek dan tidak peduli lagi pada ceweknya. Sakit?

Andai lelaki tau bahwa bukan itu yang diperlukan oleh wanita. Kalian, wahai lelaki, bisa mengajak kami berbicara dengan baik-baik, tanpa membentak, namun tetap tegas, dan utarakanlah isi hati kalian. Kami mau berubah, kok, kami bisa berubah. Asal kalian memberi kami kesempatan.

Yang sayangnya, kesempatan itu tidak diberikan oleh Bara dan mantan saya, kepada kami.

Sekuat apapun kami mencoba merubah, hati mereka telah mengeras. Sudah membulatkan keputusan untuk pergi menjauh, daripada semakin merasa sakit hati. Lantas, apalagi yang bisa dilakukan oleh cewek-cewek seperti kami selain merelakan kalian pergi, wahai lelaki yang (pernah) dicintai dengan segenap rasa? 

Saya senang karna film ini memperlihatkan sudut pandang tidak hanya dari satu sisi, entah itu sisi pria saja atau sisi wanita saja, tapi dari keduanya. Sehingga penonton bisa mengetahui isi hati Bara, dan juga melihat Velin dengan penderiaan batinnya. Film ini juga dikemas dengan cara yang sangat santai, terkesan sangat masakini, dan tidak kaku. Sangat direkomendasikan kepada pasangan-pasangan yang mulai mengalami kejenuhan untuk menontonnya, dengan harapan setelah nonton mereka bisa saling introspeksi diri dan meng-upgrade hubungannya.

Pesan pribadi dari saya: tolong, jangan ada lagi yang mengalami apa yang telah kami (saya, mantan, Velin dan Bara) alami. Ciptakan saling pengertian antara kalian. Dengan begitu, saya doakan hubungan kalian sukses selama-lamanya. :-)



"Pacaran itu kan harusnya saling ngertiin dan saling kompromi." (Edo)

No comments: